Sabtu, 11 Desember 2010

Hakikat Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pengertian Pendidikan Jasmani

Pengertian pendidikan jasmani dan olahraga secara konseptual terdapat perbedaan, namun demikian para praktisi pendidikan (dosen dan guru pendidikan jasmani) masih belum ada kesamaan pandang dalam melihat kedua hal tersebut. Untuk lebih memahami perbedaan dan persamaan konsep pendidikan jasmani dan olahraga perlu terlebih dahulu memahami konsepsi dasar & play, games, contests, transports. Kegiatan pendidikan jasmani lebih luas dibandingkan kegiatan olahraga, meliputi: play, games, contest, dan sports serta aktivitas lain yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia secara keseluruhan.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian pendidikan jasmani dan olahraga yang digunakan di Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah dua istilah yang mempunyai satu pengertian yang sama, apabila berbeda hanya pada intensitasnya. Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga sangat berbeda dalam hal konsep, prinsip dan prosedur yang dilakukannya.

Perkembangan Istilah Pendidikan Jasmani

Beberapa istilah yang pernah digunakan dalam kegiatan pendidikan jasmani di sekolah sampai sekarang, yaitu: gerak badan (1945-1950), pendidikan jasmani (1950-1961), olahraga (1961-1966), olahraga pendidikan (1967-1977), pendidikan keolahragaan (1978-...) (Soebroto, 1978). Demikian pula nama lembaga pendidikan yang mempersiapkan profesi bidang keolahragaan. Pada pendidikan menengah yang pernah digunakan, yaitu: Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPD), Sekolah Menengah Olahraga Atas (SMOA), Sekolah Guru Olahraga (SCO). Sedangkan pada pendidikan tinggi nama-nama yang pernah digunakan yaitu Akademi Pendidikan Jasmani (APD), Kursus BI dan BII Pendidikan Jasmani, Jurusan Pendidikan Jasmani pada Fakultas di beberapa universitas, Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Fakultas Keguruan dan Ilmu Keolahragaan (FKIK) dan Fakultas Pendidikan; Olahraga dan Kesehatan (FPOK). Istilah terakhir yang digunakan berdasarkan SK Mendikbud No.0413/U/1987 dalam kurikulum tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah yaitu Pendidikan Jasmani.
Istilah lain yang sering dipakai dalam studi pendidikan jasmani meliputi: pendidikan gerak (movement education), ilmu gerak (kinesiology), pendidikan olahraga (sport education), pendidikan jasmani (physical education), olahraga (sport), ilmu- ilmu fisik terapan (applied physical sciences), pendidikan motorik (motor education) serta pendidikan jasmani dan olahraga (physical education and sport)(Bucher, 1983), ilmu keolahragaan (sport sciences) (Haag, 1975; Nixon dalam Vendien, 1985), kinantropologi (Benneth, 1983X).
Ketetapan MPR RI No.H/MPR/1978, TAP No. II/MPR/1983 dan TAP No. II/MPR/1988 dalam Garis-garis Besar Haluan Negara menggunakan istilah pendidikan jasmani dan olahraga secara terpisah. Perkembangan lebih lanjut dalam TAP No.II/MPR/1993 istilah pendidikan jasmani tidak ada, yang ada hanya istilah olahraga, sedangkan pendidikan jasmani muncul dalam Undang-undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 39, ayat 3 butir k, menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran dan isi kurikulum bagi pendidikan dasar. Surat Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga No.0013/MENPORA/84 tanggal 1 Juni 1984 tentang "Pola Dasar Pembangunan Olahraga" memberikan pengertian keolahragaan, olah raga dan pendidikan jasmani secara berbeda. Keolahragaan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang merupakan satu pengertian yang sama ruang lingkupnya dengan physical education and sport seperti yang dinyatakan dalam International Charter of Physical Education and Sport dari UNESCO. Dalam undang-undang R.I No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, istilah yang dipakai untuk olahraga di sekolah adalah olahraga pendidikan.
Berdasarkan perkembangan istilah yang pernah digunakan untuk kegiatan olahraga di sekolah, istilah pendidikan jasmani dan olahraga merupakan pengertian yang dapat ditelusuri sumber kepustakaannya. Pendidikan jasmani merupakan terjemahan dari bahasa Inggris physical education, sedangkan olahraga berasal dari kata sport. Berdasarkan dokumen resmi yang ada, istilah pendidikan jasmani digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan olahraga untuk kegiatan di luar pendidikan yang berorientasi pada peningkatan prestasi melalui berbagai pertandingan dan perlombaan. Untuk dapat membedakan pengertian pendidikan jasmani dan olahraga, pembahasan berikut akan melihat hubungan antara bermain, olahraga dan pendidikan jasmani. Karena dalam pengertian pendidikan jasmani mengandung unsur bermain dan juga olahraga.
Tujuan Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani (atau Pendidikan Olahraga) ialah bagian yang integral dari seluruh proses pendidikan yang bertujuan untuk perkembangan fisik, mental, emosi dan sosial melalui aktifitas jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya (Bucher, 1983). Dengan demikian maka program pendidikan jasmani harus selaras dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN No: 20 Tahun 2003, Pasal 3), disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam undang-undang R.I No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, istilah yang dipakai untuk olahraga di sekolah adalah olahraga pendidikan. Pada Bab VI pasal 17 disebutkan bahwa olahraga pendidikan: (1) diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan, (2) dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstra kurikuler, (3) dimulai sejak usia dini, (4) dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
Hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan tujuan pendidikan jasmani antara lain dikemukakan oleh Comite on Objective of American Physical Education (1934) menyebutkan 5 tujuan pendidikan jasmni, yaitu: (1) kesegaran jasmani, (2) kesehatan mental, (3) moral dan sosial, (4) ekspresi dan kontrol emosi, dan (5) apresisi.
Studi Agnes Stoodley (1974) di Stanford University dengan menganalisis 22 literatur yang berbeda, menghasilkan 5 komponen tujuan pendidikan jasmani, yaitu: pengembangan kesehatan, pengembangan mental-emosional, pengembangan neomuscular, pengembangan sosial, dan pengembangan intelektual
Kerjasama antara American Assosiation For Health Physical Education and Recreation dengan the Society State Director of Health, Phisical Education and rEcreation (1950) menyatakan 4 tujuan, yaitu: pengembangan dan pemeliharaan secara maksimal efisiensi fisik, pengembangan ketrampilan, kemandirian dan hubungan sosial, dan menikmati rekreasi.
Jewet dan Mullan (1977) dibawah sponsor AAHPERD mengembangkan kerangka tujuan dalam kurikulum. Kerangka kerjaitu membagi 3 hal utama yang merupakan kata kunci dalam menentukan kata tujuan pendidikan jasmani hubugannya dengan gerak manusia, yaitu: pengembangan individu, lingkungan, dan interaksi sosial.
Annarino (1978) dalam bukunya Bucher (1983) telah memberikan Aksonomi khusus yang dipakai untuk mendidik jasmani yang tebagi menjadi 4 domain yaitu:
1) Domain Fisik/Jasmani, suatu pengembangan organ-organ tubuh, meli-puti: pengembangan kekuatan, ketahanan dan kelenturan.
2) Domain psikomotor, pengembangan dari sistem syaraf dan kelompok dan kelompok otot sehingga menghasilkan gerak, meliputi; pengembangan kemampuan pemahaman gerak, hinestetis, ketrampilan gerak dasar.
3) Domain Kognitif, pengembangan intelektual meliputi; pengem-bangan pengetahuan serta ketrampilan-keterampilan intelektual dan kecakapan tertentu
4) Domain Afektif, pengembangan sosio-personal-emosional meliputi pola hidup sehat sebagai akibat suatu aktifitas fisik aktualisasi diri dankontrol diri.


Konsep play, games dan sport

Istilah olahraga menurut Webster's New Collegiate Dictionary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games). Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa olahraga adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Pola Pembangunan Olahraga yang disusun Kantor Menpora disebutkan bahwa olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal (Menpora, 1984).
Chu (1982) mengatakan, untuk memberi pengertian olahraga (sport) secara tepat sangat sulit dilakukan, karena beraneka ragamnya sudut pandang dan orientasinya. la mengutip pendapat Edward (1973), pengertian olahraga bergerak dari pengertian yang luas meliputi play, games dan sport.
Play mempunyai karakteristik: 1) bebas, sukarela, dan tanpa paksaan dalam berpartisipasi, 2) aktivitas bermain terpisah dari pembatasan ruang dan waktu, 3) hasil dari aktivitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui/ direncanakan sebelumnya, 4) aktivitas murni bermain tidak produktif, tidak menghasil nilai yang permanen, 5) peraturan bermain bergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional, dan 6) kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata.
Games merupakan bagian dari play, semua games merupakan bentuk dan play, games memiliki semua karakteristik play akan tetapi semua itu diatur dalam peraturan yang sengaja dibuat dan harus ditaati bersama. Kompetisi merupakan ciri utamanya, sehingga hanya individu atau kelompok yang mempunyai standar ketrampilan yang tinggi yang akan berhasil. Untuk berhasil dalam kompetisi akan selalu bergantung pada ketrampilan teknik, fisik, strategi atau kesempatan.

Sedangkan olahraga (sport) merupakan bagian dari permainan pertandingan, perbedaannya terletak pada prasyarat tingkat kecakapan dan, olahraga merupakan permainan pertandingan yang sudah dilembagakan dalam masyarakat seperti halnya pendidikan, agama dan pemerintahan. Ruang lingkup play, games dan olahraga (sport).
Freeman (1987) juga membahas hubungan antara play, games dan sport. la mengutip pendapat Guttman bahwa definisi bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak bermanfaat/produktif untuk menyenangkan diri sendiri. Bentuk bermain ada dua macam yaitu yang secara spontanitas dan diorganisasikan, yang spontanitas dinamakan bermain sedangkan yang diorganisasi dinamakan games. Bermain yang diorganisasikan pun ada dua jenis yang tidak dipertandingkan dan dipertandingkan, yang dipertandingkan dinamakan contests. Bermain yang diorganisasi dan dipertandingkan juga ada dua bentuk yang menggunakan fisik dan bukan fisik, yang menggunakan ketrampilan fisik disebut olahraga (sports). Olahraga adalah bentuk bermain yang diorgnisasi dengan peraturan dan dipertandingkan menggunakan tolok ukur ketrampilan fisik. Hubungan antara bermain dan olahraga disajikan dalam Gambar 1.
Olahraga memiliki sifat permainan juga dikatakan oleh Rijsdorp (1975), akan tetapi tidak semua permainan adalah olahraga. Permainan lebih luas dari olahraga, olahraga adalah suatu bentuk khusus dan tersendiri dari bermainan, suatu pertumbuhan dari permainan dengan arah dan tujuan yang disadari dan tertentu. Sifat pertandingan merupakan ciri dari olahraga, sehingga teknik, taktik dan perbaikan kondisi fisik ikut menentukan yang semuanya itu memerlukan latihan yang teratur dan sistematis. Momentum bertanding dalam olahraga adalah bentuk permainan yang pemain-pemainnya mempertaruhkan upah simbolis. Mereka bersepakat tentang tujuan permainan dan peraturan- peraturannya, harus ditaati untuk mencapai tujuan itu. Siapa yang mencapai tujuan terlebih dahulu atau yang terbaik adalah pemenang, yang dimenangkan adalah simbol, ia tetap ada dalam batas-batas permainan.

Bermain (play) mempunyai sifat esensial adalah aktivitas untuk hiburan, tidak dipertandingkan. Bermain merupakan unsur yang selalu ada dalam olahraga dan pendidikan jasmani. Olahraga adalah suatu permainan yang diorganisasikan, pengorga-nisasian bermain ini juga yang kemudian diadopsi dalam pendidikan jasmani. Sifat olahraga yang paling penting adalah kompetisi, bentuk kompetisi yang sopan dan beradab dengan adanya peraturan. Peraturan baik tertulis maupun tidak, selalu digunakan dalam olahraga. Peraturan ini tidak dapat diubah selama kompetisi berlangsung. Olahraga tanpa kompetisi hanya merupakan aktivitas bermain atau rekreasi.
Dalam pendidikan jasmani (physical education) mempunyai kedua unsur bermain dan olahraga, tetapi tidak semata-mata hanya bermain dan olahraga saja melainkan kombinasi keduanya. Dengan nama pendidikan jasmani aktivitas fisik berorientasi pada tujuan pendidikan, yaitu mencoba melakukan kegiatan mendidik melalui aktivitas fisik. Akan tetapi pada kegiatan bermain dan olahraga tidak berorientasi pada tujuan pendidikan.
Webster's New Collegiate Dictionary (1980) menyatakan bahwa pendidikan jasmani (physical education) adalah pembelajaran yang member! perhatian pada pengembangan fisik dari mulai latihan kalistenik, latihan untuk kesehatan, senam serta performansi dan olahraga pertandingan. Ensiklopedi Indonesia menyebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah olahraga yang dilakukan tidak semata-mata untuk mencapai suatu prestasi, terutama dilakukan di sekolah-sekolah, terdiri atas latihan- latihan tanpa alat dan dengan alat, dilakukan di dalam ruangan dan di lapangan terbuka. Demikian pula menurut Menpora pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak (Menpora, 1984).
Menurut Bucher (1983) kata pendidikan jasmani terdiri dari dua kata jasmani (physical) dan pendidikan (education). Kata jasmani memberi pengertian pada bermacam-macam kegiatan jasmani, yang meliputi: kekuatan jasmani, pengembangan jasmani, kecakapan jasmani, kesehatan jasmani, dan penampilan jasmani. Sedangkan tambahan kata pendidikan yang kemudian menjadi pendidikan jasmani (physical education) merupakan satu pengertian yang tidak dapat dipisahkan antara pendidikan dan jasmani saja. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada aktivitas pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani namun tetap berintensi pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan akan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketika seseorang sedang melakukan kegiatan jasmani dalam bermain, berenang, berlari, sepakbola, senam dan kegiatan jasmani yang lain, maka intensi pendidikan harus selalu ada dalam permainan itu. Dengan berpartisipasi dalam program pendidikan jasmani akan berrnanfaat untuk: a) memperbaiki tingkat kesehatan jasmani, b) memberikan dasar ketrampilan yang akan membuat bekerja lebih eflsien, menarik dan hidup penuh semangat, serta c) sebagai pendidikan sosial yang akan memberi sumbangan pada pembentukan karakter dan hubungan antar manusia yang lebih baik.
Rijsdorp (1975) dari Belanda menggunakan istilah gymnologi yang berasal dari kata gymnazein yaitu latihan, berlatih dan pasivum artinya melatih diri. Gymnologi adalah ilmu yang menelaah aksi motorik dalam ruang lingkup pendidikan dan pembentukan. Pendidikan jasmani bukanlah pendidikan daripada badan, tetapi suatu pergaulan paedagogis dalam dunia gerak dan pengalaman jasmani. Gerak manusia merupakan perubahan dalam hubungan manusia dengan dunia sekitar. Dalam ruang lingkup pendidikan aksi motorik disempurnakan dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian menuju ke arah kedewasaan, kedewasaan manusia berarti secara berdikari mampu menunaikan tugas hidupnya.
Seaton (1974) mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bentuk pendidikan yang memberikan perhatian pada pembelajaran pengetahuan, sikap dan ketrampilan gerak manusia. Pendidikan jasmani mempunyai keunikan dibandingkan dengan pendidikan yang lain, yaitu memberikan kesempatan untuk mengembangkan karakter dan sifat sosial yang lebih besar untuk diwujudkan dalam praktek pembelajaran. Pendidikan jasmani adalah satu aspek dari pendidikan melalui aktivitas jasmani. Demikian pula pendapat Baley dan Field (1976) yang memberikan pengertian pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui pemilihan aktivitas fisik yang akan menghasilkan adaptasi pada organik, syaraf, otot, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, kesimpulan yang dapat ditarik ialah pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan, yaitu pendidikan melalui jasmani (Seaton, 1974; Rijsdorp, 1975; Clarke, 1976; Voltmer, 1979; Bucher, 1983). Jasmani hanya merupakan alat bukan tujuan, pengertian ini akan membawa implikasi penting dalam memilih kegiatan-kegiatan pembelajaran. Jasmani hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, peningkatan kualitas jasmani bukan merupakan tujuan utama. Dengan berperan serta dalam pendidikan jasmani yang merupakan salah satu kurikulum sekolah, setiap individu akan berkembang baik fisik, intelektual, mental dan emosionalnya. Intensitas pendidikan inilah yang akan membedakan pengertiannya dengan olahraga. Bentuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani sangat luas meliputi permainan (games), tarian (dance), olahraga (sports) dan bentuk-bentuk aktivitas lain yang berpengaruh pada aktivitas fisik manusia (Bucher, 1981) ditambah kalistenik dan senam (Benneth, 1983) serta olahraga air (aquatic)
(Nixon dan Jewel, 1980). Sedangkan proses dan bentuk kegiatan olahraga semua sudah dengan aturan yang jelas dan terstandar.


Kaitan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai perbedaan dan persamaan. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya maka pendidikan jasmani lebih luas daripada olahraga, karena dalam pendidikan jasmani juga meliputi olahraga (sport), games, bermain (play) dan segala aktivitas untuk mengembangkan kualitas manusia melalui gerak.
Ateng (1992) membedakan antara kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga berdasarkan tujuan, isi pembelajaran, orientasi pembelajaran dan sifat kegiatannya. Tujuan pendidikan jasmani disesuaikan dengan tujuan pendidikan, menyangkut pengembangan keseluruhan pribadi anak didik, sedangkan tujuan olahraga adalah prestasi unjuklaku motorik setinggi-tingginya untuk dapat memenangkan dalam pertandingan. Isi pembelajaran dalam pendidikan jasmani disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak didik, sedangkan pada olahraga is! pembelajaran atau isi latihan merupakan sasaran yang harus dikuasai. Orientasi pembelajaran pada pendidikan jasmani berpusat pada anak didik, anak didik yang belum mampu mencapai tujuan pada waktunya diberi kesempatan lagi, sedangkan pada olahraga atlit yang tidak mencapai tujuan sesuai dengan target waktu dianggap tidak berbakat dan diganti atlit yang lain. Sifat kegiatan pendidikan jasmani pada pemanduan bakat dipakai untuk mengetahui "entry behavior", sedangkan pada olahraga bertujuan memilih atlit berbakat. Sifat peraturan dalam pendidikan jasmani tidak ada pembakuan peraturan, peraturan dapat diubah sesuai dengan kondisi pembelajaran, sedangkan pada olahraga perubahan hanya terjadi melalui suatu kesepakatan organisasi keolah- ragaan yang terlibat, memerlukan waktu yang lama. Kegiatan-kegiatan dalam latihan dalam pendidikan jasmani tidak berorientasi untuk pertandingan akan tetapi sesuai dengan kegiatan hidup sehari-hari, sedangkan pada olahraga latihan-latihan harus disesuaikan dengan situasi pertandingan yang akan dihadapi.
Selain adanya perbedaan terdapat juga persamaannya, yaitu bahwa pendidikan jasmani dan olahraga berupa aktivitas-aktivitas fisik sekelompok otot besar yang keduanya berbentuk permainan. Pendidikan jasmani dirancang secara sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan olahraga mempunyai nilai pendidikan apabila dilakukan dengan semangat sportivitas bahkan bisa hilang nilai pendidikannya apabila tidak dilandasi oleh semangat itu. Rijsdorp (1975) berpendapat bahwa pendidikan jasmani dan olahraga banyak persamaannya, metode dan aktivitasnya menyerupai satu sama lain, tugas pelatih dan guru pendidikan jasmani adalah juga mendidik. Namun demikian Penjas tetap memegang intensitasnya untuk membantu ke arah kedewasaan melalui aktivitas jasmani.


Olahraga dapat memandang sekolah yang melakukan aktivitas pendidikan jasmani sebagai bibit atlit, karena keberhasilan pendidikan jasmani akan meningkatkan salah satu tujuan olahraga yaitu peningkatan kondisi fisik, kemampuan teknik olahraga, pengembangan mental yang akan menjadi olahragawan tangguh. Sedangkan pendidikan jasmani dapat menggunakan olahragawan berprestasi untuk memberikan motivasi dalam mengenalkan dan meningkatkan ketrampilan motoriknya. Hubungan antara keduanya digambarkan oleh Thomson (1980) yang dikutip Soemosasmito (1990) pada Gambar 3.


Nilai-nilai Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Beberapa nilai pendidikan dalam kegiatan olahraga dikatakan oleh Siregar (1978) bahwa penggunaan olahraga untuk tujuan pendidikan merupakan suatu alat dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas dalam membentuk kepribadian, yaitu:
(1) olahraga memberikan kesempatan belajar bagaimana bertindak kalau kalah atau menang,
(2) olahraga memberikan kesempatan bag! perorangan untuk mengorganisir sendiri pertandingan-pertandingan olahraga dan membentuk regunya, dengan demikian kepada perorangan diajarkan mendidik dan mengorganisir diri sendiri,
(3) dalam olahraga memungkinkan guru atau pelatih mengamati perilaku anak didik yang tidak mungkin dilakukan dalam kondisi kehidupan normal,
(4) sebagian besar cabang olahraga memungkinkan perorangan mengambil bagian dalam kelompok yang menganut kepentingan bersama,
(5) olahraga seperti lari lintas alam, mendaki gunung dan sebagainya memberikan pengalaman untuk mengenal lingkungan hutan, lembah, sungai dan sebagainya,
(6) prestasi dihasilkan melalui proses yang panjang, ini akan membentuk kepribadian dan ketangguhan dalam mewujudkan cita-cita.
Melalui pendidikan jasmani dan olahraga, nilai-nilai olahraga yang dapat diperoleh meliputi: jujur, suka bekerja sama, menghargai orang lain, semangat yang tinggi dan percaya diri.
Kejujuran merupakan sikap yang dapat dipercaya, tidak berdusta, menipu atau memperdaya, hal tersebut terwujud dalam perkataan dan perbuatan. Kejujuran dapat ditanamkan dalam permainan bola basket, hal tersebut nampak dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: kejujuran siswa untuk melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru, mau mengakui kesalahan atau pelanggaran yang diperbuatnya (bola keluar, fouling dan sebagainya).
Bekerjasama adalah suatu cara menyelesaikan suatu masalah dengan melibatkan orang lain. Suka bekerjasama dapat ditanamkan pada diri anak melalui kegiatan pembelajaran atau saat bermain bola basket, seperti: saat bertanding, saling mengoper bola sesama anggota tim untuk memasukkan ke dalam keranjang lawan.
Menghargai orang lain erupakan suatu sikap yang tidak memandang rendah terhadap orang lain. Sikap menghargai dapat ditanamkan pada diri anak melalui permainan bola basket, seperti menghargai hasil kerja teman dalam tim, tidak menganggap rendah kemampuan lawan dimana lawan dipandang sebagai teman dalam bermain dan memberikan persaingan yang bersifat bersahabat.
Semangat adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Semangat yang tinggi dapat ditanamkan pada diri siswa melalui kegiatan bermaian bola basket, seperti semangat untuk mendapatkan kemenangan, menjadi pemain yang terbaik dan mendapatkan nilai yang tinggi.
Percaya pada diri sendiri merupakan suatu sikap yang menyakini kemampuan yang ada dalam diri sendiri. Sikap tersebut dapat ditanamkan pada diri siswa melalui permaianan bola basket, misalnya memberikan kesempatan pada siswa untuk menjadi wasit dalam pertandingan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk menjadi kapten dalam permainan.
Secara keseluruhan dari nilai-nilai olahraga yang dijelaskan di depan merupakan landasan untuk membentuk nilai fair play. Fair play adalah suatu bentuk harga diri yang tercermin dari kejujuran dan rasa keadilan; rasa hormat terhadap lawan, baik dalam kekalahan maupun kemenangan; sikap dan perbuatan ksatria tanpa pamrih; sikap tegas dan berwibawa serta kerendahan hati dalam kemenangan dan ketenangan pengendalian diri dalam kekalahan. Fair play juga diartikan sebagai kebesaran hati terhadap lawan yang menimbulkan perhubungan kemanusiaan yang akrab dan hangat dan mesra.

0 komentar:

Posting Komentar